Karya : Azizah
Qurrota A’yun
Cairan bening
itu kini mengalir terus dipipiku, melewati pipiku dan mendarat dibatu nisan
itu, pemakaman sudah mulai sepi aku tetap disini menunggu yang tak mungkin
kembali lagi. Tak tau apa ini benar mayatnya atau bukan, aku tak peduli yang
kupedulikan aku butuh mereka. Mengapa mereka meninggalkanku secepat ini terlalu
kecil bagiku hidup sebatang kara, aku belum mengerti apa-apa bahkan aku baru
duduk dibangku kelas 1 SD. Bencana itu kini merenggut semuanya, rumahku lenyap,
orang tuaku juga hilang. Matahari akan segera menutup sinarnya dan rembulan
bersiap untuk menggantinya namun aku tetap saja menunggu mereka. Tak ada hal
takut sedikitpun yang terlintas dipikiranku saat ini aku sungguh tak
mempedulikanya aku berada dimana, hingga seseorang datang dan menghampiriku dia
terlihat 4 kali lipat dari umurku.
“Mengapa kau masih disini dik? Apa kau tidak takut?” Tanyanya. Aku hanya terdiam dan memandangi nisan itu, diapun menggandengku menuju tenda darurat itu. Akupun menceritakanya, dia terlihat sangat muda dan tampan, dia mengerti apa yang aku rasakan, dan dia mengajaku pergi ke suatu tempat. “kau akan senang tinggal disana” Katanya mengajaku. Akupun diajaknya dan diberhentikan disuatu tempat dia menurunkanku dan mengetuk pintu dia hanya tersenyum kepada seorang ibu yang membukakan pintu, dan diapun sedikit berlari meninggalkanku dan diapun pergi. Aku sungguh menyesal mengenalnya aku kira dia seorang yang baik ternyata dia juga sama.
Sudah
2 hari aku tinggal dipanti asuhan ini dimana lelaki itu meninggalkanku dan aku
hanya diam dan diam saja aku masih terpukul dengan kejadian itu. Aku duduk
disudut ruang ini sambil membungkukan sedikit kepalaku ke lututku. Tiba-tiba
saja seorang anak perempuan yang seumuran denganku datang dan duduk
disebelahku. “kau mau ikut main denganku?” Tawarnya, aku hanya terdiam. “pertama
aku disini aku juga sepertimu, tapi ayolah kita bisa berteman bersama” Katanya
sambil menyunggingkan senyumnya diapun menjulurkan tanganya. “Kristal” Katanya
akupun membalas tanganya “Kim” Kataku dengan ragu.
Denting
waktu terus berputar, tak terasa sudah 4 tahun aku berada dipanti ini dan sudah
4 tahun aku mengenal gadis mungil ini. Aku merasa dialah orang yang berharga,
dia mampu membuatku tersenyum kembali, dia selalu disampingku dikala aku senang
dan sedih. Dialah sahabat terbaiku. Seperti biasa aku bermain denganya
persahabatan kami selelu berjalan dengan lancar, kamipun dikagetkan dengan
suara ketukan pintu, akupun bergegas membuka pintunya didapati olehku sepasang
suami istri yang tersenyum padaku dan mencari ibu asuhku. Akupun berlari menuju
dapur untuk memanggilnya. Akupun ikut menuju ruang tamu bersamanya.
“Nak,
dia ayah dan ibu barumu” Kata ibu “apa maksudnya? Apa aku akan pergi? Bagaimana
dengan Kristal?” Tanyaku dengan sedikit nada yang tnggi. “iya, hanya kau saja
yang akan diadopsi,Kristal tidak ikut” Kata ibu menjelaskan. Ekspresi mukaku
berubah aku sedikit takut jauh darinya. Aku hanya menahan air mata dengan semua
ini. Mengapa aku selalu dipisahkan dari orang yang aku sayangi?
Aku
pun berjalan gontai menemui Kristal, aku berniat tidak akan mengatakanya aku
takut dia akan bersedih. “hey Kim.. mengapa mukamu semurung itu?” Tanyanya
menggugah lamunanku. “ah tidak.. tidak apa-apa bagaimana jika kita bermain game
lagi?” Tawarku mengalihkan pembicaraan. “apa kau yakin tidak apa-apa?” Tanyanya
mencurigai “tentu saja tidak apa-apa, ayoo kita bermain”. Kamipun bermain
dengan riang, sesekali aku memandang wajahnya, aku takut tidak bisa melakukan
hal seperti ini lagi bersamanya.
Malam
ini aku akan beranjak ke rumah orang tua baruku. Aku ingin mengucapkan
perpisahanku kepada Kristal, tapi aku tak tega membangunkanya. Aku menaruh
secarik kertas diatas mejanya aku memandangnya sesekali tak terasa cairan
bening itu keluar di kelopak mataku akupun menghapusnya dan bergegas pergi.
Sungguh berat kakiku meninggalkan tempat ini, dan sungguh berat hati ini untuk
meninggalkanya. Apakah aku berdosa jika aku seperti ini? Meninggalkanya tanpa
perpisahan.
Esok
harinya, aku sudah berada di kamar yang berbeda dari kamar yang sebelumnya,
kini kamarku lebih besar dan lebih mewah namun, aku memikirkan apa yang
sahabatku lakukan?. Kristal mencari-cari sosok sahabatnya dan ibu asuh menjawab
bahwa Kim sudah pergi ke rumah barunya, Kristal pun pergi kekamar dan menutup
pintu dengan kasar. Dia sedikit menangis namun dalam hatinya marah, didapatinya
secarik kertas berwarna biru, Kristal pun mengambil surat itu.
Dear Kristal,
Maafkan aku, aku pergi tanpa memberitahumu, aku ingin membangunkanmu
tadi malam tapi aku tak sanggup. Mungkin kau marah denganku tapi tolonglah
maafkan aku.. aku tidak bermaksud seperti ini.. kita masih bersahabatkan?? Aku
yakin suatu saat nanti kita bertemu, oh yaa.. nanti aku akan sering
mendatangimu.. jangan lupakan aku yaaa J
(KIM)
“Dia
pikir aku siapa??” Batin Kristal dalam hati.
2 bulan
berlalu, aku masih tetap tinggal di rumah bersama ayah dan bundaku dia sangat
baik terhadapku meskipun aku bukan anak biologisnya, aku sangat bahagia dengan
mereka, mereka seperti orang tuaku sendiri. Dan 2 bulan juga aku tak bertemu Kristal,
aku sangat merindukan gadis mungil itu, aku merindukan senyum manisnya dan
semuanya.
“Kim kemari..”
panggil bunda kepadaku, akupun bergegas sedikit berlari kepadanya. “ada apa ? ”
tanyaku “aku rasa, aku terlalu susah memanggilmu kim.. bagaimana jika aku
memanggilmu Ron ??” tanya bunda tak jelas “Ron?” tanyaku. Bunda hanya
menganggukan kepalanya. “baiklah terserah saja” kataku mengiyakan. “baik Ron,
hari ini kita akan pergi ke pantimu dulu?” kata bunda. Betapa gembiranya hatiku
hari ini aku akan pergi ketempat yang sudah lama tak ku sandingi. Akupun
sedikit berlari kegirangan menuju kamarku dan bersiap-siap.
Aku
sudah sampai di panti yang dulu aku tempati, sungguh aku merindukan tempat ini.
Aku disambut oleh ibu asuhku aku memeluknya seperti tak bertemu selama 1000
tahun. Aku pun memeluk semua tman-temanku disini, seketika aku melihat Kristal
aku melepaskan pelukanku dan tersenyum padanya. Namun, dia justru pergi aku tak
tau mengapa mungkin karena kejadian 2 bulan yang lalu, tapi apakah dia masih
kanak-kanak seperti ini? Aku pun mengejarnya menuju kamarnya dia menutup
kamarnya dengan kasar. Aku mengetuk kamar itu berulangkali namun tak ada
jawaban, benar dia marah denganku, aku pun menyesali perbuatanku mengapa aku
tak mengatakan bahwa aku akan pergi, hanya itu saja mungkin dia tidak marah.
“ohhhh... betapa bodohnya aku” jeritku dalam hati.
JJJ
5 tahun berlalu, sudah lama aku tak melihatnya, rasa rinduku tak dapat
ku gantikan, aku sungguh merindukan sosoknya. Aku merindukan senyum manisnya
yang diberikan untuku, aku merindukan dia sekarang.
‘Aku
merindukanya’ itulah yang aku rasakan, aku sungguh ingin menemuinya tapi entah
kenapa aku takut jika menemuinya, aku takut dia semakin marah denganku.
“Ron, tolong bawakan ini ke cafe kita” kata bunda membuyarkan
lamunanku. Akupun membawa sebungkus bahan ke cafe. Sesampai di cafe
aku duduk sambil melihat-lihat pemandangan cafe
ini. Aku melihat seseorang mirip sekali dengan Kristal. “apa itu Kristal?” batinku. Akupun menghampirinya memnyamar
sebagai pelayan.
“Selamt pagi, ada
yang bisa saya bantu” tanyaku menyamar sebagi pelayan. “apa kau Kim?” tanyanya
tiba-tiba, apa dia mengenaliku? padahal aku sudah memakai topi untuk menutupi
wajahku. “bukan namaku Ron” jawabku berbohong, aku tidak mau jika dia marah
lagi karena mengetahuiku. “maaf, aku kira kau adalah Kim suaramu sangat mirip
denganya” jawabnya “memangnya nama anda siapa?” tanyaku dengan sopan untuk memastikan.
“namaku Kristal” jawabnya
singkat. Aku membulatkan mataku, apa dia benar Kristal? Orang yang sudah lama aku rindukan?
Orang yang aku cintai? Oh, mengapa dunia sangat sempit? Memang aku merindukanya
tapi apa bisa seperti dulu? dan ada apa denganya mengapa dia tidak menatap
orang yang diajak bicara?
“Ron, apa saja menu disini” tanyanya
membuyarkan lamunanku. “ini daftar menunya” jawabku sambil menyodorkan daftar
menu itu dimeja. “maaf Ron, aku tidak bisa melihat, tolong bacakan” perintahnya
kepadaku seketika aku sangat sedih melihat kenyataan ini. Dia buta? Mengapa
begini? Mengapa disaat aku bertemu denganya dia tidak dapat melihatku? Tidak
dapat memandang wajahku? Tidak dapat menikmati dunia ini denganku? Betapa
malangnya gadis ini, apa ini karena aku mencampakanya? Tapi itu hanya hal kecil
saja.. aku menangis sejadi-jadinya tanpa suara.
JJJ
Hanya
melihatnya tersenyum aku bahagia. Aku rela apa saja deminya, kini aku
benar-benar mencintainya. Bahkan jika jiwa dan ragaku untuknya, bahkan jika dia
tak mencintaiku, bahkan jika dia semakin membenciku. Inilah hatiku yang hanya
untuknya. Aku sungguh mencintainya.
Sudah 1 bulan aku bersama dengan Kristal walau peranku menjadi seorang Ron bukan Kim
dimatanya. Aku sangat sedih melihatnya, aku berjanji akan selalu ada disisinya.
Aku berada di taman belakang bersama Kristal, Kristal terlihat
sangat senang. “Kristal, kau
tahu? Ini sangat indah” kataku padanya “tanpa melihatpun aku sudah merasakanya”
katanya menjawabku “secepatnya kau akan menikmati semuanya lagi” kataku sambil
menatap matanya dalam, meskipun dia tidak tahu aku sedang apa dan tak membalas
tatapanku.
Hari ini Kristal akan melakukan operasi matanya dan
semuanya berhasil, Kristal
mulai membuka sedikit matanya dilihatnya teman-teman dan ibu asuh kami disitu. Kristal sangat senang, salah satu yang ingin
lihat adalah aku, aku yang selalu menemaninya sebagai Ron, dia berlari untuk
menemuiku tak peduli dia masih memakai baju operasi dia terus berlari, laju
kencangnya membuat rambutnya berbang terurai. Kristal menuju taman dimana aku dan dia sering
berada disini. Dia terus mencari sosoku, dia tak tahu aku dimana, dia tak tahu
aku meninggalkanya. Mungkin aku meninggalkanya yang kedua kalinya, namun kini
aku yakin dengan yang kuberikan, dia dapat bahagia meskipun tanpa aku
disampingnya namun aku tetap disinya. Kristal mendapati surat yang bergeletak dibatu taman ya, surat itu dariku.
Dia mulai membuka perlahan surat itu.
Hey
Kristal, bagaimana kabarmu? Apa kau sudah bisa menikmati dunia ini lagi? Apa
matamu baik-baik saja? Apa kau tau siapa aku? Apa kau sudah memaafkanku?
Oh ya aku lupa, aku KIM.
Mungkin kau tidak ingat atau memang kau sudah lupa. Aku Kim sahabatmu dulu yang
pernah mencampakanmu. Apa kau masih marah denganku? Aku yakin kau bahagia saat
ini, gunakanlah matamu dengan sebaiknya. Maafkan aku, aku menguntitmu selama
ini, bukan, aku tidak menguntitmu tapi aku didekatmuapa kau tahu itu? Aku
teringat dengan matamu.. matamu sudah kembali normal kan? Bukankah aku sudah
bilang ‘secepatnya kau akan melihat’
Kristal pun membulatkan matanya denyut nadinya
berjalan cepat jantungnya berkembang kempis “Kim adalah Ron?” tanyanya dengan
lirih meskipun tidak ada yang menjawabnya. Matanya kini mulai berkaca-kaca
sedikit-sedikit cairan bening itu keluar dari kelopak matanya.
Jangan kau sekaget itu, mengetahui
Ron yang selama ini kau kenal adalah sahabat lamamu ini. Mata ini untukmu, hati
ini untukmu, ini sebagai permintaan maafku atas segala kesalahanku. Kau
memaafkanku kan? Jika kau memaafkanku terimakasih banyak, itulah hadiah yang
aku inginkan, meskipun aku tak dapat mendengarnya langsung dari mulutmu. Apa
sekarang kau mengerti? Maafkan aku, ini kedua kalinya aku meninggalkanmu, tapi
apa kau merasa tercampakan? Aku harap tidak, dengan yang kuberikan aku harap
kau dapat bahagia.
Jangan
kau menangis dengan mataku, hanya ini yang kuinginkan, lihatlah aku dimata ini,
tataplah aku dengan hatimu, dan ingatlah aku seperti kau melihat dunia ini, aku
tak memintamu lebih. Hanya tersenyum saja dengan mataku aku bahagia. Hanya
nyanyian yang ingin kudengar darimu. Bawalah aku setulus cintamu, meskipun
hanya sedikit ketulusan, tapi itu sangat berarti. Hanya ini pintaku, aku selalu
dimatamu dan aku bisa melihatmu dihatiku. Jangan terus kau rindukan aku, jika
air matamu sebagai tanda kerinduanmu. Tersenyumlah jika kau merindukanku,
karena aku hadir disenyumu dan aku selalu disisimu. Lihatlah aku lebih dalam
dimata ini karena aku ada dimatamu.
With
the love
Kim / Ron
Kristal pun menagis tak henti-henti kini ia terus
menjerit menyebutkan namaku. Suaranya menggema disudut taman ini, kini dia
sendiri ia menyesali tak dapat berjumpa denganku lagi. Cairan bening itu
mengalir tak henti-henti serasa kehabisan tetapi tetap ingin menangis. Aku
ingin mengahapus air matanya, namun sekarang kita berbeda. Dunianya adalah dia
dan duniaku adalah aku. Aku tersenyum memandanginya meskipun dia menangis,
menggunakan mataku itulah yang kuinginkan membuatnya bahagia dengan mataku.
Semilir angin menerbangkan sedikit rambutnya ia merasa pipinya mulai dingin
karena air matanya. Ia menutup matanya dengan telapaknya dan mebukanya kembali,
melakukan itu selama tiga kali, dan menikmati mataku yand ada di dirinya “your
eyes is mine, and you are always be mine ”
JJJ
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق